Aku marah.

Aku marah. 
Bukan rasa marah yang biasa. 
Ketika marah dan tak pernah ada orang yang tau kalau aku marah. Ketika aku hanya bisa merasakan marah itu sendiri. Ketika aku tak bisa memberitahukan kepada dia kalau aku marah. Hanya punggung tangan yang memerah akibat hantaman keras yang menandakan aku marah, terkadang tangan itu membiru saking meledaknya tabung hati yang ku simpan. 

Aku tak pernah tau seberapa besar kapasitas tabung hati yang kumiliki. Aku hanya bisa terus menerus mengisi tabung hati tersebut, memendam amarah. Menawarkan senyum dan tawa pada mereka tapi hati sama sekali tak tersenyum.

Hanya mereka benda bisu yang melihatku marah. Hanya pengaduan pada diri sendiri kalau aku marah.

Aku tau, memang tak pernah ada yang sempurna didunia ini. Ketika mereka yang begitu asyik memperbincangkan orang-orang disekeliling mereka. Ketika mereka memamerkan keharmonisan kehidupan mereka. Terkadang rasa iri selalu menghantui. Kenapa? Kenapa aku tak seperti mereka?

Sungguh rasanya ingin aku pinjam mesin waktu doraemon agar aku bisa memperbaiki segalanya. Agar aku bisa juga memamerkan dan memperbincangkan secara asyik kehidupanku pada mereka.

Dan kini aku marah. Tapi hanya dalam diam. Hanya tangan yang mulai menghantam lalu jadi merah kebiruan. Hanya mata yang terisi penuh lalu tumpah, dan jantung yang semakin cepat berdebar.

Selamat malam ledakan hati.
Maaf, aku marah.

Comments

Popular Posts